PAPERS EDUCATION and Islamic

Monday, September 7, 2015

Skripsi - KONSEP KESETARAAN GENDER PERSPEKTIF R.A. KARTINI DALAM PENDIDIKAN ISLAM



BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang Masalah
Salah satu wacana publik yang paling mencolok selama satu dekade terakhir ini adalah ketidakadilan dan ketidaksetaraan berdasarkan perbedaan jenis kelamin sosial (gender). Misalnya dalam realita kehidupan sekarang  masih ada sisa-sisa ketidakadilan dan diskriminai terhadap kaum perempuan yaitu masih adanya anggapan  masyarakat  bahwa  wanita  tidak  bebas  duduk  di  bangku  sekolah, dipingit, karena   ada anggapan masyarakat yang sudah mengakar dan sudah menjadi adat kebiasaan yang begitu kental terutama di daerah pedesaan. Bahwa buat apa perempuan sekolah sampai tingkat tinggi nanti juga akan kembali pada sektor domestik yaitu dapur, sumur, dan kasur. Jody  William seorang pemenang hadiah nobel perdamaian 1997, mengungkapkan bahwa permasalahan gender ini menarik minat para akademik dari berbagai bidang dan disiplin ilmu untuk mengkaji   lebih   jauh.   Diskusi,   seminar,   simposium,   dan   bahkan   sekedar pernyataan  tentang  gender  dari  berbagai  perspektif  lantas  mengisi  khazanah akademik.[1]
Memperbincangkan masalah gender yang telah menjadi isu populer tersebut, dalam kenyataan memang tidak dapat dilepaskan dari fakta empiris yang ada di masyarakat. Secara mudah dapat dilihat adanya diskriminasi atau ketidakadilan antara laki-laki dan perempuan dalam masyarakat. Adanya anggapan umum di masyarakat bahwa perempuan identik dengan kerja-kerja yang bersifat domestik seperti pengasuh anak, memasak, dan mencuci, sedangkan laki-laki mempunyai ruang yang lebih luas seperti memperluas pengetahuan akademik, sekolah yang tinggi, bekerja diluar rumah, mencari nafkah, menjadi tulang punggung keluarga, menjadi pemimpin dan sebagainya adalah contoh kecil saja dari apa yang menjadi persoalan gender.
Ketidakadilan sosial terhadap perempuan ini merupakan ketidakadilan sosial yang tertua dalam sejarah manusia. Masih banyak terdengar cerita klasik dalam masyarakat bahwa perempuan diciptakan dari tulang rusuk adam sehingga memberi gambaran inferioritas terhadap perempuan dan superivitas laki-laki.[2]
Hal inilah yang dijadikan dalil (hujjah) dan argumen bagi tindakan-tindakan tidak adil atas perempuan dari waktu ke waktu, sehingga memunculkan akses negatif terhadap eksistensi perempuan. Perempuan hanyalah merupakan makhluk yang diciptakan dan keberadaannya tergantung terhadap laki-laki. Anggapan tentang penomorduaan perempuan dalam hal penciptaan telah menjadi hal klasik yang diwariskan dari waktu ke waktu.
Isu gender yang telah merebak tersebut telah menimbulkan persoalan aktual dikalangan para ahli agama, tidak ada satupun didunia yang tidak merespon masalah ini. Hal ini dapat dimaklumi karena memang isu-isu gender yang muncul tidak jarang menggugat terhadap beberapa doktrin agama yang selama ini telah mapan. Benarkah Tuhan telah menciptakan perempuan sekedar sebagai pelengkap adanya   laki-laki?  Benarkah  Tuhan   menjadikan  perempuan  hanya   sebagai makhluk yang dipimpin? Yang mana kedudukan perempuan yang dipersepsikan tidak pantas menjadi pemimpin dan keberadaannya hanya layak menempati posisi under class. Akhirnya tidak pernah digugat, dipertanyakan dan didiskusikan, kondisi seperti ini terjadi sekian lama.
Gerakan feminisme merupakan gerakan yang selalu marak dan tak pernah selesai  diperjuangkan  sekaligus  selalu  menarik  untuk  diperbincangan, diperdebatan dan didiskusikan. Pro dan kontra terhadap ide gerakan feminisme senantiasa hanya dibincangkan dari berbagai sudut pandang, baik teologis, sosiologis, hukum, politik, kekuasaan, dan bahkan pendidikan.
Nilai feminisme yang diperjuangkan oleh kaum hawa adalah memposisikan perempuan pada porsinya yaitu dengan cara membebaskan kaum perempuan dari berbagai bentuk diskriminasi dan penindasan, baik seksual, etnis, maupun ikatan- ikatan primordial lainnya.[3]
Sejarah perjuangan feminisme barangkali biasa dirunut kepada apa yang telah diteriakan oleh kaum feminis Indonesia yaitu R.A. Kartini yang dikenal dengan pejuang emansipasi wanita, yakni gerakan wanita yang menuntut adanya hak yang  sama  antara  laki-laki  dan  perempuan  terutama  hak  yang  sama  dalam mengenyam pendidikan.
Kartini adalah seorang perempuan Jawa yang senantiasa gelisah berada didalam kerangkeng budaya patriarkhi kaum priayi. Semangat untuk memperjuangkan emansipasi dikalangan perempuan yaitu melalui dunia pendidikan Kartini menaruh harapan untuk kemajuan kaum perempuan. Untuk merombak kultur feodal patrialkhal yang selama berabad-abad membelenggu kaum perempuan, dimana kaum hawa hanya dibatasi pada sektor domestik, antara dapur,  sumur,  dan  kasur.  Dan  juga  kaum  perempuan  sangat  sulit  sekali menduduki bangku sekolah sehingga perempuan tidak bisa mengembangkan kemampuannya, ini semua adalah steorotip masyarakat yang menganggap bahwa perempuan adalah makhluk yang lemah hanya sebagai pendamping laki-laki, rupanya anggapan itu  sudah  menjadi adat sampai sekarang dalam kehidupan Masyarakat.[4]
Selain itu juga pendidikan Islam merupakan suatu unsur yang penting dalam mewujudkan kesetaraan gender, yang mana pendidikan Islam adalah pendidikan yang ideal yang didalamnya terdapat prinsip-prinsip demokrasi dan kebebasan dalam pendidikan, yaitu adanya prinsif persamaan dan kesempatan yang sama dalam belajar tanpa dibedakan stratifikasi sosialnya, apakah mereka berada dalam kelas bawah, kelas menengah, maupun kelas atas. Tidak ada perbedaan antara kaya dan miskin, jenis kelamin laki-laki maupun perempuan, semuanya memiliki hak yang sama untuk belajar.[5]
Pada kenyataannya dalam Lembaga Pendidikan Islam sendiri tidak luput dari persoalan gender. Kebijakan dalam bidang pendidikan Islam masih diwarnai ideologi patriarkhi yaitu adanya penguasaan yang dominan , misalnya laki-laki sangat  berkuasa  atas  kaum  perempuan  dan  mengaggap  rendah  perempuan. Budaya patriarkhi ini tersosialisasikan melalui proses pembelajaran di sekolah, masih ditemukan adanya bias gender dalam proses pembelajaran, misalnya, dalam buku pelajaran ditemukan kalimat seperti "Ibu memasak di dapur" dan "Ayah mencangkul di sawah", kalimat-kalimat tersebut mengajarkan pembagian kerja secara dikotomis, dimana kaum perempuan dikonstruksikan bekerja di wilayah domestik, sedangkan kaum laki-laki yang dikonstruksikan bekerja pada wilayah publik. Selain itu dalam praktik pendidikan Islam sekarang masih ada sisa-sisa ketidakadilan dan diskriminasi antara yang kaya dan miskin, orang kaya memilki kebebasan untuk sekolah sedangkan orang miskin tidak bebas untuk sekolah sehingga terjadinya kesenjangan dalam pendidikan. Berkenaan dengan hal tersebut, sebenarnya bagaimanakah konsep kesetaraan gender perspektif R.A. Kartini? Dan bagaimanakah konsep kesetaraan dalam pendidikan Islam? Serta bagaimana upaya-upaya pendidikan Islam dalam mewujudkan kesetaraan gender? Kiranya menarik untuk mengkaji lebih lanjut.
Dalam penulisan skripsi ini penulis akan memfokuskan khusus untuk menganalisis dan mengkaji tentang  konsep kesetaraan gender perspektif R.A Kartini.  Pandangan  dan  asumsi  penulis  bahwa  masalah  kesetaraan  gender menurut R.A. Kartini ini merupakan hal yang sangat penting yaitu untuk dikaji dan didiskusikan lebih lanjut. Yang secara khusus lagi menekankan kesetaraan pada aspek pendidikan dan bagaimana implementasi kesetaraan gender dalam pendidikan Islam. Sehingga penulis tertarik untuk menulis karya ilmiah (skripsi) ini dengan judul “KONSEP KESETARAAN GENDER PERSPEKTIF R.A. KARTINI DAlAM PENDIDIKAN ISLAM”. Dengan harapan penulis, semoga karya ilmiah  (skripsi) ini memberikan kontribusi yang bermanfaat bagi dunia pendidikan khususnya bagi Institut Agama Islam Negeri Suna Ampel Surabaya dan bagi semua pembaca yang budiman. Amin.
B.       Rumusan Masalah
Penelitian ini pada dasarnya ingin mengkaji tentang bagaimana konsep kesetaraan gender perspekti R.A. Kartini dalam pendidikan Islam, khususnya tentang pendidikan perempuan yang sama haknya dengan laki-laki. Penelitian ini dianggap penting untuk memberikan sumbangan dan mencari solusi yang tepat bagi usaha menangani permasalahan diskriminasi atau ketidakadilan antara laki- laki dan perempuan dalam masyarakat.
Selanjutnya pokok permasalahan diatas dirinci lebih lanjut dalam beberapa indikator permasalahan, yaitu sebagai berikut:
1.    Bagaimana konsep               kesetaraan gender perspektif R.A. Kartini dalam pendidikan Islam?
2.    Bagaimanakah konsep keadilan dalam pendidikan Islam?
3.    Bagaimanakah pandangan pendidikan Islam terhadap kesetaraan gender?
4.    Bagaimanakah implementasinya dalam pendidikan Islam sekarang?
C.      Tujuan Penelitian
Penelitian ini pada dasarnya untuk memperoleh gambaran mengenai  konsep kesetaraan gender perspektif R.A. Kartini dalam pendidikan Islam. Secara lebih rinci penelitian ini bertujuan :
1.    Memperoleh gambaran atau deskripsi mengenai konsep kesetaraan gender perspektif R.A. Kartini
2.    Memperoleh  gambaran  atau  deskripsi  mengenai  konsep  keadilan  dalam pendidikan Islam.
3.    Memperoleh gambaran atau deskripsi mengenai pandangan pendidikan Islam terhadap kesetaraan gender.
4.    Memperoleh  gambaran  atau  deskripsi  mengenai  implementasinya  dalam pendidikan Islam sekarang.
D.      Kegunaan Penelitian
Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi seluruh masyarakat, terutama para pembuat keputusan untuk membantu memecahkan masalah yang berkaitan adanya diskriminasi atau perlakuan tidak adil terhadap perempuan terutama dalam masalah pendidikan, yang menganggap perempuan tidak penting sekolah atau mengenyam pendidikan yang lebih tinggi, perempuan hanya mengelola rumah angga dan dituntut bertanggung jawab terhadap keseluruhan  pekerjaan  domestik.  Dengan  kata  lain,  penelitian  ini  dianggap penting untuk memberikan sumbangan atau row input dan solusi yang tepat untuk mengatasi masalah ketidakadilan gender terutama dalam bidang pendidikan.
Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan berguna untuk memperkaya pembendaharaan pengetahuan dan teori tentang kesetaraan gender, yang nantinya akan sangat berguna dalam menambah wacana dan diskursus ilmiah didunia pendidikan terutama pendidikan Islam dan lebih mengetahui masalah kesetaraan gender dalam bidang pendidikan.
E.       Definisi Operasional
Secara teoritis, untuk lebih mengetahui dan memperkaya pembendaharaan pengetahuan dan teori-teori yang ada dalam karya ilmiah (skripsi) yang berjudul “Konsep Kesetaraan Gender Perspektif R.A. Kartini dalam Pendidikan Islam ini, maka penulis perlu memberikan penjelasan terhadap beberapa redaksi judul karya ilmiah (skripsi) ini, yaitu:
Konsep                       : Ide umum, pengertian, pemikiran, rancangan.[6]
Kesetaraan Gender     : Dalam  kamus  bahasa  Indonesia  kata  setara  berarti sebanding, berimbang, tidak ada bandingannya, sama tingkatnya, sama kedudukannya, sama tingginya pria dan wanita.[7] Sedangkan gender dalam kamus bahasa Inggris adalah jenis kelamin.[8] Dalam bahasan ini kesetaraan gender yang penulis maksud adalah kesetaraan dalam bidang pendidikan yang mana laki- laki dan perempuan memiliki hak yang sama dalam mengenyam pendidikan.
Perspektif                   : Sudut pandang, pandangan.[9] Sedangkan menurut Pius A. Pantarto dan M. Dahlan al-Barry bahwa perspektif adalah pengharapan, peninjauan, tinjauan.[10]
R.A. Kartini                : Pejuang feminisme emansipasi Indonesia yang pertama kali memperjuangkan kedudukan para kaum perempuan dari ketidakadilan dan diskriminasi. Presiden Soekarno mengeluaran Keputusan Presiden Republik Indonesia No.108 tahun 1964, tanggal 2 Mei 1964, yang menetapan Kartini sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional sekaligus menetapkan hari lahir Kartini tanggal 21 April untuk diperingati setiap tahun sebagai hari besar yang kemudian dikenal sebagai Hari Kartini.[11]
Pendidikan Islam        : Drs. Burlian Somad menyatakan bahwa pendidikan Islam adalah pendidikan yang bertujuan membentuk individu  menjadi  makhluk  yang  bercorak  diri, berderajat tinggi menurut aturan Allah, isi pendidikannya menggunakan prinsip-prinsip kebebasan dan demokrasi.[12]
Dalam bahasan ini, konsep kesetaraan gender yang penulis maksud adalah konsep kesetaraan perspektif R.A. Kartini dalam bidang pendidikan, dan pendidikan Islam yang penulis maksud adalah pendidikan Islam yang mengarah kepada prinsip-prinsip kebebasan dan demokrasi dalam pendidikan yang mana dalam pelaksanaan atau praktik pendidikan tidak membeda-bedakan suku, ras, kaya dan miskin, jenis kelamin laki-laki dan perempuan dan sebagainya semuanya memiliki hak dan kesempatan yang sama dalam belajar antara laki-laki dan perempuan.
F.       Alasan Memilih Judul
Adapun alasan (reason) penulis memilih judul ini adalah:
1.    Penulis yang kental dalam tradisi masyarakat dengan adanya sisa-sisa diskriminasi dan ketidakadilan terhadap kaum perempuan, maka dengan penelitian ini diharapkan dapat menghilangkan hal-hal tersebut, terutama dalam suatu instutusi lembaga pendidikan masih ada yang namanya bias gender yaitu dalam pembuatan kurikulum yang masih didominasi oleh kaum laki-laki, sehingga kaum perempuan kurang berperan didalamnya.
2.    Sesuai dengan konsentrasi studi penulis penulis, yaitu ketarbiyahan maka penulis memilih judul yang ada yaitu tentang persoalan gender dan upaya mewujudkan kesetaraan gender melalui pendidikan Islam.
3.    Penulis  menyadari  bahwa  untuk  mewujudkan  kembali  kesetaraan  dan keadilan berbagai gender sesuai dengan ajaran Islam yang sesungguhnya. Pendidikan Islam memiliki peran yang sangat besar, yaitu untuk mendorong lahirnya orang-orang yang kritis dan kreatif yang diharapkan membawa perubahan.
4.     Untuk mengetahui bagaimana prinsip-prinsip demokrasi dan kebebasan dalam pendidikan Islam terutama dalam praktik pendidikan Islam dalam realita kehidupan sekarang.
G.      Metode Penelitian
1.    Jenis Penelitian
Karya ilmiah skripsi ini termasuk jenis penelitian kualitatif yaitu dengan penelitian kepustakaan (library research) yaitu penelitian yang mengumpulkan data dan informasi dengan bantuan bermacam-macam materi yang terdapat dalam kepustakaan (buku).
Dari segi obyek penelitian, maka penelitian ini termasuk penelitian historis, yaitu berupa penelaahan dokumen secara sistematis.[13] Penelitian ini mengambil obyek studi tentang pemikiran seorang tokoh, tentu saja penelitian ini berdasarkan dokumen-dokumen karya tokoh yang bersangkutan maupun tulisan-tulisan mengenai tokoh tersebut yang ditulis penulis lain.
2.    Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan paradigma kualitatif, maka secara historis penelitian ini merupakan penelitiian kualitaif, yaitu penelitian yang tidak mengadakan perhitungan data secara kuantitatif.[14]
Rober J.Bogdan  dan Steven J  Tylor menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan data deskriptif., berupa kata- kata atau lisan dari oaring-orang dan perilaku ang teramati. Pendekatan ini melihat keseluruha latar belakang subyek penelitian secara holistik (menyeluruh). Dengan pendekatan ini diharapkan data yang diperoleh adalah data deskriptif, yaitu tentang konsep kesetaraan gender perspektif R.A. Kartini dengan pendidikan Islam.
3.    Jenis Data
Adapun  jenis  data  yang  digunkan  dalam  penulisan  karya  ilmiah (skripsi) ini:
a.    Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumbernya. Dalam hal  ini  penelitian memperoleh data  denan cara  mlakukan pengamatan, pembacaan, pengkajian, pencatatan serta penganalisisan terhadap teks-teks, dokumen-dokumen, buku majalah yang membahas tentang   kesetaraan  gender   perspektif  R.A.   kartini   dan   tentang   asas demokrasi dalam pendidikan Islam.
b.    Data sekunder
Data sekunder adalah data penunjang dari data primer.[15] Data ini peneliti peroleh dari  dokumen-dokumen, buku-buku,  karya  ilmiah, jurnal, surat kabar, an lain sebagainya, yang ada hubungan dan relevansinya dengan penulisan karya ilmiah (kripsi) ini:
4.    Sumber Data
Penelitian ini terdiri dari dua vaiabel, yaitu konsep kesetaraan gender menurut R.A. Kartini, Konsep kesetaraan dalam pendidikan Islam. Sesuai dengan konsepsi awal. Variabel adalah apa yang menjadi titik perhatian dalam sebuah penelitian.
Maka yang menjadi titik perhatian penulis dalam penelitian ini adalah konsep kesetaraan gender perspektif R.A. Kartini, konep kesetaraan dalam pendidikan Islam dan relevansinya dengan pendidikan Islam.
Adapun sumber data primer yang dijadikan acuan dan landasan teori antara lain:
a.    Dr. Nasaruddin umar, M.A, Argumen Kesetaraan  gender Perspektif Al-Qur’an
b.    R.A. Kartini, Habis  Gelap  Terbitlah  Terang,  yang diterjemahkan oleh Ajmin pane
c.    Dr. Imam Tolkhah, Ahmad Barizi, M.A. Membuka jendela pendidikan
d.   Dadang S. Ansori, dkk, Membincangkan feminisme
e.    Ikwan Fauzi, Lc, Perempuan dan kekuasaan
f.     Anshor Ali Enginer, Perempuan dalam Syari’ah, perspektif feminis dalam penafsiran Islam
Adapun sumber data sekunder yang mendukung landasan teori antara lain:
a.    Dr. Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam
b.    Hafifah A. Jawad, Perlawanan Wanita : Pendekatan Otentik Religius
c.    Nur Cholis Majdid, Islam Doktrin dan Peradaban
d.   Indreaswati Dyah Saptaningrum, Perempuan dan Tubuh Pantastik
e.    Ihromi, T.O, Kajian Wanita Dalam Pembangunan
f.     Ali al-Jumbulati, Perbandingan Pendidikan Islam
g.    Abdullah, Irwan, Sangkan Paran Gender
h.    Alimi Yasir, Jenis Kelamin Tuhan
i.       Budiman Arif, Pembagian Kerja Secara Seksual
j.      Fakih Mansur, Analisis Gender Dan Transportasi Seksual
k.    Suryadi, Ace, Kesetaraan Gender
5.    Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (library research), maka penggalian diambil dari buku-buku ilmiah, majalah, jurnal, surat kabar yang ada kaitannya dnan tokoh ang diketengahkan dengan cara menelaah dan menganalisa sumber-sumber data yang ada. Kemudian dari telaah dan analisis sumber-sumber itu hasilnya dicatat dan dikualifikasikan menurut kerangka yang sudah ditentukan, hal inilah yang membedakan dengan penelitian lapangan (fiedol research) yang mana data pokok diambil dari lapangan yang biasanya berupa angket yang diisi responden, interview individu, observasi serta dokumentasi.
Karena penelitian ini seluruhnya berdsarkan atas kajian pustaka atau studi literer, maka jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kepustakaan (library research), jadi penelitian ini secara khusus bertujuan untuk mengumpulkan data atau informasi dengan bantuan bermacam-macam material yang tercapai diruang perpustakaan.[16]
6.    Metode Analisis Data
Data-data yang sudah terkumpul tersebut kemudian dianalisis dengan teknik kualitatif, menurut beberapa tahapan sebagai berikut:
a.    Pengelolaan data dengan cara editing, yaitu dengan memeriksa kembali data-data yang sudah dikumpulkan.
b.    Pengorganisasian data, yaitu menyusun dan mensistematisasikan data-data yang diperoleh kedalam kerangka paparan yang telah direncanakan.
c.    Penemuan hasil, yaitu dengan melakukan analisis lanjutan secara kualitatif terhadap hasil pengorganisasian data dengan cara menggunakan kaidah- kaidah, teori-teori serta dail-dalil untuk memperoleh kesimpulan, atau dengan istilah lain merupaan cara berpikir deduktif. Sedangkan metode dalam pembahasan menggunkan metode sebagai berikut:
1)   Metode deskriptif, yaitu bertujuan menggambarkan faktor secara sistematis, faktual dan cermat dengan kata lain bertujuan untuk menguraikan secara teratur seluruh konsepsi tokoh.[17]
2)   Metode verifikasi, yaitu bertujan untuk menguji kebenaran suatu penelitian, apakah data-data yang ada saling berhubungan dan saling menguatkan
Adapun untuk keperluan analisis data digunakan berbagai metode analisa data sebagai berikut:
1)   Metode Deduksi
Yaitu proses berpikir yang bergerak dari pertanyaan-pertanyaan yang umum ke pertanyaan-pertanyaan yang khusus dengan penerapan logika.[18]
Dalam kaitannya dipembahasan ini, metode deduksi digunakan untuk memperoleh gambaran detailnya tentang  konsep kesetaraan gender perspektif R.A. Kartini dalam pendidikan Islam.
2)   Metode Induksi
Yaitu proses berpikir yang berangkat dari yang khusus, peristiwa yang konkrit, kemudian dari data itu ditarik generalisasi yang mempunyai sifat umum.[19]
Dalam kaitannya dengan penelitian ini, metode ini digunakan untuk memperoleh  gambaran   yang   utuh   terhadap   konsep   kesetaraan   gender perspektif R.A. Kartini dan kaitanya dengan kesetaraan dalam  pendidikan Islam.
3)   Metode Komparasi
Yaitu metode dengan cara menggunakan logika perbandingan, teori dengan teori dan untuk mendapatkan keragaman teori yang masing-masing mempunyai  pengertian  tentang  konsep  kesetaraan  gender  dan  kaitannya dengan pendidikan Islam.
H.      Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan daam karya ilmiah (skripsi) ini, penulis bagi menjadi lima bab, yang kerangka pembahasannya adalah sebagai berikut:
Bab I: Pendahuluan, dalam bab ini akan dijelaskan tentang substansi dan esensi global dari seluruh materi, yang mana pembahasan materi yang ada dalam karya ilmiah (skripsi) ini mewakili secara global pada bab-bab yang lainnya, yang pada ini membahas tentang “Konsep Kesetaraan Gender perspektif R.A. Kartini dalam Pendidikan Islam”. Dalam penulisan karya ilmiah (skripsi) ini merupakan satu kesatuan yang saling melengkapi sehingga saling berhubungan antara bab yang satu dengan bab yang lainya.
Bahasan pada bab ini adalah latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, definisi operasional, alasan memilih judul, kontribusi atau kegunaan penelitian, metode penelitian, dan sistematika pembahasan.
Bab II: Riwayat Hidup R.A. Kartini, pada bab ini akan membahas tentang biografi R.A.Kartini mulai dari latar belakang keluarganya, asal usul pendidikannya, sahabat-sahabat R.A. Kartini dan buku-buku bacaan R.A.Kartini.
Bab III: Pendidikan R.A.Kartini dan Usaha-usahanya, dalam bab ini akan membahas masalah pendidikan yang dialami R.A.Kartini, keadaan wanita pada masa R.A.Kartini dan usaha-usaha R.A. Kartini di bidang pendidikan.
Bab IV: Konsep Kesetaraan Gender Perspektif R.A. Kartini dalam Pendidikan Islam, dalam bab ini akan membahas tentang kesetaraan gender, dasar-dasar pemikiran R.A.Kartini pada emansipasi wanita dibidang pendidikan terutama pendidikan Islam, prinsip-prinsip demokratisasi pendidikan Islam, implementasi dalam pendidikan sekarang, serta akan dieksplor dan dianalisis berdasarkan hasil pengamatan dari beberapa teks-teks, buku-buku, dan dokumen-dokumen tentang bagaimana konsep kesetaraan gender perspektif R.A.Kartini dalam pendidikan Islam.
Bab V: Penutup, Berisi penutup yang menguraikan kesimpulan dan saran- saran.


[1] Mudjia, Rahrjo, Relung-relung Bahasa, (Yogyakarta :Aditya Media, 2003), hlm. 137
[2] Ahmad Fudhailidi L, Perempuan Lembah Suci :Kritik atas Hadits-hadits Sahih, (Yogyakarta : Piar Mdiq, 2002), hlm. 150
[3] Imam Tolkhah, dkk, Membuka Jendela Pendidikan, (Jakarta : Raja   Grapindo Persada, 2004) hlm. 142-144
[4] http://prabu.telkom. us/2007/05/09/menelusuri-jejak-kartini/
[5] Prof.Dr. M. Athiyah Al-Abrasyi, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam, (Jakarta: Bulan Bintang. 1970).hlm.5
[6] Pius A. Partanto, M. Dahlan al-Barry, Kamus Ilmiah Populer, hlm. 362
[7] Pius A. Partanto, M. Dahlan al-Barry,..hlm. 371
[8] John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris Insonesia, (Jakarta :Gramedia, 1983) hlm. 256
[9] Poerwadarminta, WJS. Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta :Balai Pustaka, 1982) hlm.35
[10] Pius A. Partanto, M. Dahlan al-Barry,..hlm. 592
[11] http://id. Wikipedia. Org/wiki/Kartini
[12] Burlian Somad, Beberapa Persoalan dalam Pendidikan Islam, (Bandung : PT. al-ma’arif, 1981) hlm 21
[13] Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta : Rineka Cipta, 1990) hlm. 322
[14] Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung :Remaja Rosda Karya, 1990) hlm. 2
[15] Ibid, hlm 9
[16] Mardalis, Metode Penelitian : Suatu Pendekatan Proposal, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995). hlm 28
[17] Anton Bakker A. Choris Zubair, Metodologi Penelitian filsafat, (Yogyakarta : Kanisius, 2000). hlm 65
[18] Imam Barnadib, Filsafat Pendidikan, Sisitem dan Metode, (Yogyakarta: Andi Offset, 1994)  hlm. 126
[19] Sutrisno Hadi, Metodologi Research, (Yogyakarta: Andi Offset, 1996) hlm. 41

JIKA ANDA MEMBUTUHKAN FILE LENGKAPNYA,
SILAHKAN MENGHUBUNGI KAMI LEWAT EMAIL:
fatkhalla.spdi@gmail.com 

No comments:

Post a Comment

Terimakasih anda telah sudi mampir di sini.

"HANYALAH SANDIWARA" (catatan panjang dari sebuah konklusi yang hilang)

Disadari atau tidak, kita adalah pemain sandiwara didunia fana ini. Setiap kita memerankan diri kita sesuai dengan skenario / cerita yang...