Disadari atau
tidak, kita adalah pemain sandiwara didunia fana ini. Setiap kita memerankan
diri kita sesuai dengan skenario / cerita yang telah ditentukan oleh Sang
Sutradara (Allah Rabbul’alamien). Apa dan bagaimana jalan ceritanya /
perjalanan hidup kita sudah tertulis dengan baik dalam skenario-Nya (takdir).
Sebagai pemain (khalifah fil ard) tentunya kita harus tunduk dan patuh
terhadap kehendak-Nya, karena tidak mungkin Sang Sutradara memberi peran yang
tidak akan mampu kita kerjakan, begitu pun dengan cobaan yang kita terima akan
disesuaikan dengan kemampuan diri kita.
Sejak sandiwara
ini dipentaskan (sejak Adam) dan sejak kita diberi peran (sejak dilahirkan),
tidak ada satu pun peran yang kita mainkan menyimpang dari fitrah kita sebagai
makhluk bertuhan, karenanya, jalani saja setiap apa (tugas) yang telah
diberikan Sang Sutradara kepada kita dan kalau perlu jadilah aktris terbaik
yang akan dinobatkan sebagai peraih “award” diatas award yang telah diraih oleh
aktris / aktor terbaik di negeri ini.
Untuk itu kita
harus meneladani apa yang telah dicontohkan (baik dalam berakting, berbicara,
bersikap maupun lainnya) oleh aktor terbaik dalam sandiwara ini (dialah
Muhammad SAW), agar kita juga dapat atau setidak-tidaknya mampu berbuat yang
terbaik sebagai aktor / aktris pengganti dari keberadaannya.
Sebagai pemain,
salamanya kita tidak akan tahu apa kemauan Sang Sutradara, begitu pula dengan
peran yang kita jalankan, kita juga tidak tahu kapan dan dalam episode yang
keberapa sandiwara ini akan mencapai tahapan “the end” (tamat).
Sulit
memang…..!, untuk menjadi aktor maupun aktris terbaik memerlukan pengorbanan,
ketabahan dan kebulatan hati, karenanya sangat diperlukan adanya pengenalan
diri, siapa diri kita dan apa tugas kita dalam sandiwara ini. Bila hal ini
sudah kita capai, tidak menutup kemungkinan kita akan terpilih sebagai aktor
maupun aktris terbaik yang akan memperoleh award, yaitu penghargaan tertinggi
atas apa yang telah kita mainkan.
Selama ini
(sebatas apa yang penulis ketahui), banyak diantara kita (para pemain
sandiwara) yang kurang memahami tantang peran yang harus dijalankan dalam
sandiwara ini, sehingga cenderung (memiliki tendensi) hanya berleha-leha dan
mengabaikan peran penting yang seharusnya dikerjakan. Padahal Sang Sutradara
telah memberi jaminan “barang siapa terpih menjadi aktor maupun aktris terbaik
atau setidak-tidaknya mendekati (karena memang tidak mungkin untuk menjadi yang
terbaik), ia akan memperoleh perhargaan tertinggi melebihi tingginya
penghargaan yang telah diberikan kepada pemain sebelumnya (umat sebelum Nabi
Muhammad SAW)”. Oleh karena itu, pahamilah apa sebenarnya peran kita dalam
sandiwara ini, sehingga kita dapat berbuat yang terbaik untuk-Nya.
Setiap sandiwara
pastilah mempunyai tujuan akhir yang ingin dicapai dan hal ini harus melalui
klimaks dan anti klimaks, begitupun dengan sandiwara yang disutradarai oleh
al-Khaliq juga memiliki tujuan akhir yang ingin dicapai, yang juga harus
melalui klimaks dan anti klimaks. Anti klimaks terjadi / dimulai sejak kita
dilahirkan sampai kita menginjak usia baligh, dimana kita tidak mempunyai
tanggung jawab terhadap peran yang dijalankan, sedangkan klimaksnya terjadi
sejak kita baligh sampai peran yang kita jalankan mencapai tahapan “the end”
(mati / tamat). Mengapa demikian ?, karena sejak saat itu (sejak kita baligh)
peran yang kita jalankan akan dinilai / dievaluasi dan akan dimintai
pertanggung-jawaban. Dan tujuan akhirnya adalah terpilihnya kita sebagai aktor
maupun aktris terbaik yang akan memperoleh kebahagiaan hidup didunia dan
akhirat.
Begitu uniknya
sandiwara ini sampai-sampai diantara kita banyak yang gagal dalam menjalankan
perannya, karena sandiwara ini tidak berjalan begitu saja, tetapi melalui
aturan-aturan yang telah ditetapkan (al-Qur’an dan al-Hadist). Dalam
aturan-aturan itu (sejak awal diturunkannya), Sang Sutradara telah
mewanti-wanti (memberi pesan) agar kita mempergunakan akan dan hati dalam
menjalankannya, karena akal saja tidak cukup untuk mencapai suatu hakikat /
kebenaran tanpa bantuan hati, begitu pun sebaliknya, hati saja tidak akan mampu
mencerna apa yang diamanatkan Sang Sutradara tanpa bantuan akal. Karenanya,
gunakanlah akal dan hatimu secara bersamaan dalam menjalankan peran yang telah
ditugaskan, agar terwujud suatu
keseimbangan (dwi dimensi) dalam mencapai hakikat hidup dan kehidupan, serta
cerminan terpilihnya diri sebagai peraih penghargaan yang diidam-idamkan, yaitu
kebahagiaan hidup didunia dan akhirat secara berkesinambungan.
Akhirnya
…… anda mau pilih yang mana ???
Catatan
Akhir
Buku
Harianku
Exit
No comments:
Post a Comment
Terimakasih anda telah sudi mampir di sini.