BAB I
PENDAHULUAN
Model
pembelajaran merupakan suatu pola atau rencana yang dilakukan untuk
mengorganisir unsur-unsur (komponen-komponen) pembelajaran. Model pembelajaran
dalam penerapannya, secara umum bercirikan lima hal : sintaksis,
hubungan guru-murid (prinsip reaksi guru), system sosial, penunjang (sistem
pendukung), dan dampak instruksional (efek pengajaran / pengiring).
Proses
belajar mestinya berjalan menyenangkan untuk anak-anak didik. Ini adalah hal
yang sesungguhnya sangat mendasar dari sebuah proses belajar. Quantum Learning
dan pendekatan ATI merupakan strategi belajar yang bisa digunakan oleh siapa
saja selain siswa dan guru karena memberikan gambaran untuk mendalami apa saja
dengan cara mantap dan berkesan. Caranya, seorang pembelajar harus mengetahui
terlebih dahulu gaya belajar, gaya berpikir, dan situasi
dirinya.
Dengan begitu, pembelajar akan dengan cepat
mendalami sesuatu. Banyak orang yang telah merasakan hasilnya setelah mengkaji
sesuatu dengan cara Quantum Learning. Dan Pendekatan ATI. Segalanya dapat
dengan mudah, cepat, dan mantap dikaji dan didalami dengan suasana yang
menyenangkan.
Dalam
makalah ini akan dijelaskan lebih lanjut tentang model pembelajaran Quantum
Learning dan Pendekatan ATI.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM LEARNING
1.
Pengertian Quantum Learning
Quantum ialah interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya.
Quantum Learning ialah pengajaran yang dapat mengubah suasana belajar yang
menyenangkan serta mengubah kemampuan dan bakat alamiah siswa menjadi cahaya
yang akan bermanfaat bagi mereka sendiri dan bagi orang lain. Quantum Learning
merupakan orkestrasi bermacam-macam interaksi yang di dalam dan sekitar momen
belajar atau suatu pembelajaran yang mempunyai misi utama untuk mendesain suatu
proses belajar yang menyenangkan yang disesuaikan dengan tingkat perkembangan
siswa. Interaksi-interaksi ini mencakup unsur-unsur untuk belajar efektif yang
mempengaruhi kesuksesan siswa.
Quantum learning ialah kiat, petunjuk, strategi, dan seluruh proses
belajar yang dapat mempertajam pemahaman dan daya ingat, serta membuat belajar
sebagai suatu proses yang menyenangkan dan bermanfaat. Beberapa teknik yang
dikemukakan merupakan teknik meningkatkan kemampuan diri yang sudah populer dan
umum digunakan. Namun, Bobbi DePorter mengembangkan teknik-teknik yang sasaran
akhirnya ditujukan untuk membantu para siswa menjadi responsif dan bergairah
dalam menghadapi tantangan dan perubahan realitas (yang terkait dengan sifat
jurnalisme). Quantum learning berakar dari upaya Georgi Lozanov, pendidik
berkebangsaan Bulgaria.
2.
Prinsip-Prinsip Dalam Quantum Learning
Quantum Learning Model memiliki lima prinsip atau
kebenaran tetap. Prinsip-prinsip ini dianggap sebagai chord dasar
dari simfoni belajar seorang guru. Prinsip-prinsip tersebut adalah :
a.
Segalanya berbicara
b.
Segalanya bertujuan
c.
Pengalaman sebelum pemberian nama
d.
Akui setiap usaha
e.
Jika layak dipelajari, maka layak pula dirayakan.
3.
Karakteristik Quantum Learning
a.
Pembelajaran quantum berpangkal pada psikologi kognitif, bukan
fisika quantum
b.
Dalam quantum lebih memanusiawi individu menjadi pusat perhatiannya
potensi diri, kemampuan berfikir, motivasi dan sebagainya diyakini dapat
berkembang secara maksimal
c.
Pembelajaran quantum lebih bersifat konstruktif namun juga menekan
pentingnya lingkungan pembelajaran yang efektif dan optimal.
d.
Pembelajaran quantum mensinergikan faktor potensi individu dengan
lingkungan fisik dan psikis dalam konteks pemelajaran.
e.
Pembelajaran quantum memusatakan perhatian pada interaksi yang
bermutu dan bermakna, bukan sekedar transaksi makna.
f.
Pembelajaran quantum sangat menekankan pada akselerasi pembelajaran
dengan taraf keberhasilan tinggi.
g.
Pembelajaran quantum sangat menekankan kealamiahan dan kewajaran
proses pembelajaran, bukan
keartifisialan atau keadaan yang dibuat-buat.
h.
Pembelajaran quantum sangat menekankan kebermaknaan dan kebermutuan
proses
i.
Pembelajaran quantum memiliki model yang memadukan konteks dan isi.
j.
Pembelajaran quantum memusatkan
perhatian pada pembentukan keteramplan akademis, keteramplan hidup, dan
prestasi fisikal atau material.
k.
Pembelajaran quantum menepatkan nilai dan keyakinan sebagai bagian
penting proses pembelajaran.
l.
Pembelajaran quantum mengutamakan keberagaman dan kebebasan, bukan
kebebasan, bukan keseragaman dan ketertiban
m.
Pembelajaran quantum mengintegrasikan totalitas tubuh dan pikiran
dalam proses pembelajaran.
4.
Paradigma Belajar Model Quantum Learning
Dalam belajar model Quantum Learning agar dapat berjalan
dengan benar ini paradigma yang harus dianut oleh siswa dan guru adalah sebagai
berikut :
a.
Setiap orang adalah guru dan sekaligus murid sehingga bisa saling
berfungsi sebagai fasilitator
b.
Bagi kebanyakan orang belajar akan sangat efektif jika dilakukan
dalam suasana yang menyenangkan, lingkungan dan suasana yang tidak terlalu
formal, penataan duduk setengah melingkar tanpa meja, penataan sinar atau
cahaya yang baik sehingga peserta merasa santai dan relak.
c.
Setiap orang mempunyai gaya belajar, bekerja dan berpikir
yang unik dan berbeda yang merupakan pembawaan alamiah sehingga kita tidak
perlu merubahnya dengan demikian perasaan nyaman dan positif akan terbentuk
dalam menerima informasi atau materi yang diberikan oleh fasilitator.
d.
Modul pelajaran tidak harus rumit tapi harus dapat disajikan dalam
bentuk sederhana dan lebih banyak kesuatu kasus nyata atau aplikasi langsung.
e.
Dalam menyerap dan mengolah informasi otak menguraikan dalam bentuk
simbol atau asosiatip sehingga materi akan lebih mudah dicerna bila lebih
banyak disajikan dalarn bentuk gambar, diagram, flow atau simbol.
f.
Kunci menuju kesuksesan model quantum learning adalah
latar belakang (background) musik
klasik atau instrumental yang telah terbukti memberikan pengaruh positip dalarn
proses pembelajaran. Musik klasik dari Mozart, bach, Bethoven, dan Vivaldi
dapat meningkatkan kemampuan mengingat, mengurangi stress, meredakan
ketegangan, meingkatkan energi dan membesarkan daya ingat. Musik menjadikan
orang lebih cerdas (Jeannete Vos)
g.
Penggunaan Warna dalam model quantum learning dapat meningkatkan
daya tangkap dan ingat sebanyak 78%
h.
Metoda peran dimana peserta berperan lebih aktif dalam membahas
materi sesuai dengan pengalamannya melalui pendekatan terbalik yaitu membuat
belajar serupa bekerja (pembelajaran orang dewasa)
i.
Sistim penilaian yang disarankan untuk abad 21 dalam pembelajaran
adalah 50% penilaian diri sendiri, 30% penilaian teman, 20% penilaian trainer
atau atasan (Jeannette Vos)
j.
Umpan balik yang positif akan mampu memotivasi anak untuk
berprestasi namun umpan balik negative akan membuat anak menjadi frustasi.
5.
Langkah-Langkah Proses Pembelajaran Quantum Learning
Berdasarkan karakteristik, prinsip-prinsip dan paradigma Quantum
Learning, maka proses pembelajaran dilaksanakan dengan langka-langkah :
Pertama, ciptakan suasana yang menggairahkan
a.
Perhatikan emosi peserta didik
b.
Ciptakan jembatan rasa
c.
Rayakan setiap keberhasilan
Kedua, tentukan landasan yang kukuh serta tujuan yang ingin dicapai
Ketiga, ciptakan lingkungan yang
kondusif
a.
Perhatian lingkungan sekeliling
b.
Pergunakan media pembelajaran
c.
Perhatian pengaturan bangku di dalam kelas
d.
Perhatian unsur organik lain
e.
Berikan ruangan dengan wewangian
f.
Pergunakan musik
Keempat, komunikasi materi pembelajaran secara komunikatif
a.
Munculkan kesan
b.
Fokus
c.
Inklusif
d.
Spesifik
e.
Komunikasi non verbal
B.
MODEL PEMBELAJARAN PENDEKATAN APTITUTE-TREATMENT INTERACTION (ATI)
1.
Hakikat Dan Pengertian Model Pendekatan ATI
Secara subtantif dan teoritik “ Aptitude- Treatment-Interaction”
(ATI) dapat diartikan sebagai suatu konsep pendekatan yang memilik sejumlah
strategi pembelajaran (treatment) yang efektif digunakan untuk individu
tertentu sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Pengertian ini sesuai dengan
definisi yang dikemukakan snow. (1989) sebagai berikut :
Aptitude treatment interaction (ATI) the concpt that interaction
strategies (treatment) are more or less effective for particular individuals
depending upon their specipfict abilities As a teoritical frame work . ATI
suggest that optimala learning regalt when the instruction is exactly matched
to the aptitude the learness”. Hal
ini berarti bhawa dipandang dari sudut pembelajaran (teoritik) ATI approach
merupakan sebuah konsep (model) yang berisikan sejumlah strategi pembelajaran
(treatment) yang sedikit banyaknya mangkus (efektif) digunakan untuk siswa
tertentu sesuai dengan karakteristik kemampuannya. Didasari
oleh asumsi bahwa optimalisasi prestasi akademik/hasil belajar dapat dicapai
melalui penyesuaian antara pembelajaran (treatment) dengan perbedaan kemampuan
(aptitude) siswa.
Pernyataan snow diatas menggambarkan adanya hubungan timabal balik
antara hasil belajar yang diperoleh siswa dengan pengaturan kondisi
pembelajaran. Hal ini berarti bahwa prestasi akademik/hasil belajar yang
diperoleh siswa dipengaruhi oleh kondisis pembelajaran yang dikembangkan oleh
guru dikelas. Dengan demikian secara implisit berarti bahwa semakin cocok
perlakuan metode pembelajaran (treatment) yang diterapkan guru dengan perbedaan
kemampuan (Aptitude) siswa makin optimal hasil belajar yang dicapai.
Berdasarkan pengertian-pengertian yang dikemukakan diatas dapat
diperoleh beberapa makna essensial dari ATI
approach, sebagai berikut :
a.
ATI approach merupakan
suatu konsep atau model yang berisikan sejumlah strategi pembelajaran
(treatment)yang efektif digunakan untuk siswa tertentu sesuai dengan perbedaan
kemampuan (aptitude) siswa.
b.
sebagai sebuah kerangka teorotik ATI approach berasumsi bahwa
optimalisasi prestasi akademik? Hasil belajar akan tercipta bila man
perlakuan-perlakuan (treatment) dalam pembelajran disesuaikan sedemikian rupa
dengan perbedaan kemampuan (aptitude) siswa.
c.
terdapat hubungan timbala balik antara prestasi akademik /jasil
belajar yang diperoleh siswa (achievment) terhgantiung kepada bagaimana kondisi
pembelajaran yang dikembangkan guru dikelas (treatment).
Dengan demikian bahwa tujuan utama pengembangan model pendekatan
ATI adalah terciptanya optimalisasi prestasi akademik/hasil belajar. Melalui penyesuaian
pembelajaran (treatment) dengan perbedaan kemampuan (aptitude) siswa.
Agar tingkat keberhasilan (efektifitas) pengembangan
model pendekatan ATI dapat dicapai dengan baik, maka dalam implementasinya
perlu diperhatikan beberapa prinsip yang dikemukakan Snow (1996) sebagai
berikut :
a.
Bahwa interksi antara kemampuan (aptitude) dan perlakuan
(treatment) pembelajran berlangsung didalam pola yang kompleks dan senantiasa
dipengaruhi oleh variable-variabel tugas/jabatan dan situasi.
b.
Bahwa lingkungan belajar yang sangan struktur cocok bagi siswa yang
memilik kemapuan rendah, sedangkan lingkungan pembelajaran yang kurang
terstruktur fleksibel lebih pas untuk siswa yang pandai.
c.
Bahwa bagi siswa yang memilik rasa percaya diri kurang atau sulit
dalam menyesuaikan diri, cenderung belajarnya akan lebih baik bila berada dalam
lingkungan belajar yang sanga tertstruktur. Sebaliknya bagi siswa yang tidak
pencemas atau memilik rasa percaya diri tinggi (independent) belajarnya akan
lebih baik dalam situasi pembelajaran yang agak longgar (fleksibel).
2.
Spesifikasi Model Pendekatan ATI
Aptitude- Treatment-Interaction (ATI) approach merupakan sebuah
model pendekatan dalam pembelajaran yang berupaya sedemikian rupa untuk
menyesuaikan pembelajaran dengan karakteristik siswa, dalam rangka
mengoptimalkan prestasi akademik/hasil belajar (cronbath & Snow 1999)
pendekatan ini dikembangkan berdasrkan asumsi bahwa “optimalisasi prestsi
akademik / hasil belajar dapat dicapai melalu penyesuaian antara pembelajaran
(treatment) dengan perbedaan kemampuan (aptitude) siswa (snow 1999).
Model pendekatan Aptitude treatment interaction (ATI) yang
akan dikembangkan dalam pembelajaran
IPS melalui penelitian research and development ini dirancang dengan
spesifikasi khusus, terdiri dari empat tahapan sebagai berikut :
a.
treatment awal
pemberian perlakuan treatment awal pada siswa dengan menggunakan
aptitude testing, perlakuan pertama ini dimaksudkan untuk menentukan dan
menetapakan klasifikasi kelompok siswa berdasrkan tingkat kemampuan (aptitude ability),
dan sekaliguss juga untuk mengetahui potesi kemapuan masing-masing siswa dalam
menghadpai informasi/ pengetahuan ataupun kemampuan yang baru.
b.
pengelompokan siswa
pengelompokan siswa yang didasrkan pada hasil aptitude testing.
Siswa didalam kelas diklasisfikasikan menjadi tiga kelompok yan gterdiri dari
yang berkemapuan tinggi, sedang dan rendah. Bloom dan Gagne (1997 & 1982)
menyebutkan pengelompokan itu dengan cepat sedang dan lambat.
c.
memberikan perlakuan
kepada masing-masing kelompok diberikan perlakuan (treatment) yang
dipandang sesuai dengan karakteristiknya. Dalam pendekatan ini kepada siswa
yang berkemampuan “tinggi” diberikan perlakuan (treatment) berupa self learning
melalui modul. Siswa yang memiliki kemampuan “sedang” diberikan pembelajaran
secara konvensional atau regular teaching. Sedangkan kelompok siswa yang
berkemampuan “rendah” diberikan perlakuan (treatment) dalam bentuk regular
teaching + tutorial. Tutorial dapat diberikan oleh guru IPS sendiri atau oleh
para tutor dan mentor yang sudah menerima petunjuk dan bimbingan dari guru.
d.
achievement test
diakhir setiap pelaksanaan, uji coba dilakukan dalam penilaian
prestasi akademik/hasil belajar setelah diberikan perlakuan (treatment)
pembelajaran kepada masing-masing kelompok yang senuai dengan kemampuan siswa
(tinggi sedang dan rendah) melalui beberapa kali uji coba dan perbaikan serta
revisi (dalam rentang waktu yang sudah di jadwalkan), diadakan achievement test
untuk mengukur tingkat penguasaan siswa terhadap apa yang sudah dipelajarinya.
e.
Implementasi Model Pendekatan ATI
Dalam
pelaksanaan penelitian dan pengembangnan (research an development) ini meskipun
model pendekatan ATI belum memiliki langkah-langkah atau pola baku dalam
pengembangannya tapi langkah atau pola yang akan dikembangkan dalam studi ini
dapoat diadopsi dari beberapa kajian dan studi yang dilakukan para peneliti
terdahulu, seperti dari : penelitian an aptitude-treatment interaction approach
to transfer within training oleh A.M. Suilivan (1964), yang dilakukan pusat
riset angkatan udara AS, studi tentang verbal and spatial abilities in relation
to the cognitive demands of diferent kinds of illustrations in text materials
oleh Gusstaffson & Harnguist (1977) di gote bord, swedia.
Berdasarkan kajian dan studi terhadap penelitianpenelitian yang
telah dikemukakana diatas serta berpegang pada prinsip-prinsip model pendekatan
ATI yang ada, maka dapat di adpatasi beberapa langkah yang dapat dikembangkan :
Studi atau penelitian diawali dengan melaksanakan pengukuran kemampuan
masing-masing siswa melalui test kemampuan (aptitude-testing).
Membagi atau mengelelompokkan siswa menjadi tiga kelompok sesuai
dengan klasifikasi yang didapatkan dari hasi Aptitude testing.
Melakukan test awal (pre test) untuk mengetahui entri behavior
siswa dikelas secara keseluruhan
Memberikan perlakuan (treatment) kepada masing-masing kelompok
siswa (tinggi sedang dan rendah) dalam pembelajaran.
BAB III
KESIMPULAN
Quantum learning ialah kiat, petunjuk, strategi, dan seluruh proses
belajar yang dapat mempertajam pemahaman dan daya ingat, serta membuat belajar
sebagai suatu proses yang menyenangkan dan bermanfaat. Beberapa teknik yang
dikemukakan merupakan teknik meningkatkan kemampuan diri yang sudah populer dan
umum digunakan. Namun, Bobbi DePorter mengembangkan teknik-teknik yang sasaran
akhirnya ditujukan untuk membantu para siswa menjadi responsif dan bergairah
dalam menghadapi tantangan dan perubahan realitas (yang terkait dengan sifat
jurnalisme). Quantum learning berakar dari upaya Georgi Lozanov, pendidik
berkebangsaan Bulgaria.
Menggunakan model pendekatan aptitude-treatment-interaction (ATI),
lebih menekankan atau menitikberatkan kepada kemampuan masing-masing individu
siswa/murid. Aptitude-traetment-interaction merupakan suatu konsep pendekatan
yang memiliki sejumlah strategi pembelajaran yang efektif untuk digunakan untuk
individu tertentu sesuai dengan kemampuannya masing-masing.
Pengembangan model pendekatan ATI itu tujuan utamanya yaitu
terciptanya kesesuaian antara pembelajaran dengan karakteristik kemampuan
siswa, dalam rangka mengoptimalkan prestasi akademik atau hasil belajar.
DAFTAR PUSTAKA
Ramayulis, Metodologi
Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2010
Ahmad dan Joko, Model Belajar Mengajar, Bandung: Pustaka Setia, 1997, hal. 27
Sumber: http://sitiyeni.files.wordpress.com/
No comments:
Post a Comment
Terimakasih anda telah sudi mampir di sini.