PAPERS EDUCATION and Islamic

Friday, April 29, 2016

"HANYALAH SANDIWARA" (catatan panjang dari sebuah konklusi yang hilang)

Disadari atau tidak, kita adalah pemain sandiwara didunia fana ini. Setiap kita memerankan diri kita sesuai dengan skenario / cerita yang telah ditentukan oleh Sang Sutradara (Allah Rabbul’alamien). Apa dan bagaimana jalan ceritanya / perjalanan hidup kita sudah tertulis dengan baik dalam skenario-Nya (takdir). Sebagai pemain (khalifah fil ard) tentunya kita harus tunduk dan patuh terhadap kehendak-Nya, karena tidak mungkin Sang Sutradara memberi peran yang tidak akan mampu kita kerjakan, begitu pun dengan cobaan yang kita terima akan disesuaikan dengan kemampuan diri kita.
Sejak sandiwara ini dipentaskan (sejak Adam) dan sejak kita diberi peran (sejak dilahirkan), tidak ada satu pun peran yang kita mainkan menyimpang dari fitrah kita sebagai makhluk bertuhan, karenanya, jalani saja setiap apa (tugas) yang telah diberikan Sang Sutradara kepada kita dan kalau perlu jadilah aktris terbaik yang akan dinobatkan sebagai peraih “award” diatas award yang telah diraih oleh aktris / aktor terbaik di negeri ini.
Untuk itu kita harus meneladani apa yang telah dicontohkan (baik dalam berakting, berbicara, bersikap maupun lainnya) oleh aktor terbaik dalam sandiwara ini (dialah Muhammad SAW), agar kita juga dapat atau setidak-tidaknya mampu berbuat yang terbaik sebagai aktor / aktris pengganti dari keberadaannya.
Sebagai pemain, salamanya kita tidak akan tahu apa kemauan Sang Sutradara, begitu pula dengan peran yang kita jalankan, kita juga tidak tahu kapan dan dalam episode yang keberapa sandiwara ini akan mencapai tahapan “the end” (tamat).
Sulit memang…..!, untuk menjadi aktor maupun aktris terbaik memerlukan pengorbanan, ketabahan dan kebulatan hati, karenanya sangat diperlukan adanya pengenalan diri, siapa diri kita dan apa tugas kita dalam sandiwara ini. Bila hal ini sudah kita capai, tidak menutup kemungkinan kita akan terpilih sebagai aktor maupun aktris terbaik yang akan memperoleh award, yaitu penghargaan tertinggi atas apa yang telah kita mainkan.
Selama ini (sebatas apa yang penulis ketahui), banyak diantara kita (para pemain sandiwara) yang kurang memahami tantang peran yang harus dijalankan dalam sandiwara ini, sehingga cenderung (memiliki tendensi) hanya berleha-leha dan mengabaikan peran penting yang seharusnya dikerjakan. Padahal Sang Sutradara telah memberi jaminan “barang siapa terpih menjadi aktor maupun aktris terbaik atau setidak-tidaknya mendekati (karena memang tidak mungkin untuk menjadi yang terbaik), ia akan memperoleh perhargaan tertinggi melebihi tingginya penghargaan yang telah diberikan kepada pemain sebelumnya (umat sebelum Nabi Muhammad SAW)”. Oleh karena itu, pahamilah apa sebenarnya peran kita dalam sandiwara ini, sehingga kita dapat berbuat yang terbaik untuk-Nya.
Setiap sandiwara pastilah mempunyai tujuan akhir yang ingin dicapai dan hal ini harus melalui klimaks dan anti klimaks, begitupun dengan sandiwara yang disutradarai oleh al-Khaliq juga memiliki tujuan akhir yang ingin dicapai, yang juga harus melalui klimaks dan anti klimaks. Anti klimaks terjadi / dimulai sejak kita dilahirkan sampai kita menginjak usia baligh, dimana kita tidak mempunyai tanggung jawab terhadap peran yang dijalankan, sedangkan klimaksnya terjadi sejak kita baligh sampai peran yang kita jalankan mencapai tahapan “the end” (mati / tamat). Mengapa demikian ?, karena sejak saat itu (sejak kita baligh) peran yang kita jalankan akan dinilai / dievaluasi dan akan dimintai pertanggung-jawaban. Dan tujuan akhirnya adalah terpilihnya kita sebagai aktor maupun aktris terbaik yang akan memperoleh kebahagiaan hidup didunia dan akhirat.
Begitu uniknya sandiwara ini sampai-sampai diantara kita banyak yang gagal dalam menjalankan perannya, karena sandiwara ini tidak berjalan begitu saja, tetapi melalui aturan-aturan yang telah ditetapkan (al-Qur’an dan al-Hadist). Dalam aturan-aturan itu (sejak awal diturunkannya), Sang Sutradara telah mewanti-wanti (memberi pesan) agar kita mempergunakan akan dan hati dalam menjalankannya, karena akal saja tidak cukup untuk mencapai suatu hakikat / kebenaran tanpa bantuan hati, begitu pun sebaliknya, hati saja tidak akan mampu mencerna apa yang diamanatkan Sang Sutradara tanpa bantuan akal. Karenanya, gunakanlah akal dan hatimu secara bersamaan dalam menjalankan peran yang telah ditugaskan, agar terwujud  suatu keseimbangan (dwi dimensi) dalam mencapai hakikat hidup dan kehidupan, serta cerminan terpilihnya diri sebagai peraih penghargaan yang diidam-idamkan, yaitu kebahagiaan hidup didunia dan akhirat secara berkesinambungan.
Akhirnya …… anda mau pilih yang mana ???


Catatan Akhir
Buku Harianku


Exit

No comments:

Post a Comment

Terimakasih anda telah sudi mampir di sini.

"HANYALAH SANDIWARA" (catatan panjang dari sebuah konklusi yang hilang)

Disadari atau tidak, kita adalah pemain sandiwara didunia fana ini. Setiap kita memerankan diri kita sesuai dengan skenario / cerita yang...